Dampak The Fed Pada Rupiah



Wall Street semakin bersemangat setelah Bank Sentral AS (The Fed) membuat langkah yang mengejutkan dengan membeli surat-surat berharga berjangka panjang milik pemerintah AS. Keputusan langka ini ditempuh untuk mengangkat ekonomi AS dari resesi.

Keputusan The Fed ini sekaligus menggerakkan yield surat berharga pemerintah AS atau US Treasury berjangka 10 tahun hingga mencatat penurunan terbesar harian sejak tahun 1987. Sementara yield mortgage securities berjangka 30 tahun juga turun ke titik terendahnya.

Pada perdagangan Rabu (18/3/2009), indeks Dow Jones industrial average (DJIA) ditutup menguat 90,88 poin (1,23%) ke level 7.486,58. Indeks Standard & Poor's 500 juga menguat 16,23 poin (2,09%) ke level 794,35 dan Nasdaq menguat 29,11 poin (1,99%) ke level 1.491,22.

Saham-saham sektor finansial dan konstruksi rumah memberikan kontribusi terbesar bagi kenaikan indeks. Investor berharap langkah The Fed tersebut akan menggairahkan lagi pasar kredit. Saham Bank of America tercatat melonjak hingga 22,3%. DR Horton menguat hingga 7,7%. "Ini secara potensial memberikan kesempatan untuk menurunkan suku bunga hipoten yang selanjutnya akan memperluas potensi bagi pembelian rumah," jelas Bucky Hellwig, senior vice president dari Morgan Asset Management seperti dikutip dari Reuters, Kamis (19/3/2009).

Sementara Nasdaq terpacu oleh mencuatnya kabar IBM akan membeli saham Sun Microsystem, sebagaimana ditulis Wall Street Journal. IBM dikabarkan aken membeli saham Sun Microsystem antara US$ 10-11 per lembar, atau berarti premium hingga 100%. Saham Sun Microsystem melonjak hingga 79%, sementara IBM turun 1%. Perdagangan berjalan dengan sangat ramai, di New York Stock Exchange mencapai 2,08 miliar, diatas rata-rata tahun lalu yang hanya 1,49 miliar. Sementara di Nasdaq, transaksi mencapai 2,78 miliar di atas rata-rata tahun lalu yang hanya 2,28 miliar

Langkah the Fed membeli surat utang pemerintah AS secara besar-besaran mulai diperhitungkan. Pembelian tersebut bisa membuat perhatian investor valas beralih ke pasar AS yang membuat pasar emerging market bisa sepi lagi. Pasokan valas di negara emerging market bakal kian seret yang juga akan mempengaruhi rupiah. Investor kembali melihat dolar AS sebagai mata uang yang paling aman di saat krisis.

Pada perdagangan valas pukul 07.55 WIB, Kamis (19/3/2009) rupiah ada di level 11.925 per dolar AS dan ditransaksikan di kisaran 11.900-11.950 per dolar AS.

Meski untuk jangka pendek ini rupiah masih memiliki tren menguat, namun pelaku pasar mulai hati-hati terhadap aksi ambil untung. Sementara mata uang euro kembali menguat terhadap dolar AS setelah the Fed mengumumkan kucuran dana triliunan dolar AS ke pasar untuk menghentikan kemerosotan ekonomi AS.

Seperti dilansir AFP, pada perdagangan Rabu waktu AS (18/3/2009) euro menguat ke 1,3298 dolar AS dibanding hari sebelumnya 1,3013 dolar AS. Euro bahkan sempat menyentuh ke 1,34 dolar AS selama intraday. Federal Reserve menyatakan akan memompakan tambahan dana sekitar US$ 1 triliun ke perekonomian AS. Langkah itu ditempuh untuk mengangkat perekonomian AS dari jurang resesi.

Suntikan dana the Fed itu akan dilakukan sebagian untuk membeli surat utang pemerintah AS, yang merupakan langkah pertama sejak 40 tahun terakhir. The Fed akan membeli sekitar US$ 300 miliar surat utang pemerintah AS atau US Treasury jangka panjang dalam 6 bulan kedepan dalam rangka memperbaiki kondisi pasar kredit swasta. The Fed juga akan meningkatkan pembelian surat berharga berbasis hipotek atau mortgage securities hingga US$ 750 miliar

Tidak ada komentar: