Harga BBM dan Harga Makanan

BBM (bahan bakar minyak) merupakan salah satu sumber daya alam yang saat ini tidak dapat diperbaharui. Penelitian memang semakin membuka peluang terbukanya bahan bakar biofuell seperti biodiesel yang saat ini mulai di jual di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

Penurunan harga BBM merupakan salah satu hal yang menguntungkan bagi keuangan negara secara umum dan keuangan keluarga secara khusus. Namun demikian karena penurunan harga BBM ini tidak berdampak langsung ke penurunan biaya transportasi (Organda), masyarakat mulai mengeluh akan mahalnya bahan kebutuhan pokok yang memang tidak diikuti dengan penurunan BBM. Berikut adalah kutipan detikfinance mengenai masalah tersebut :


Penurunan harga BBM baru bisa membuat harga makanan turun sekitar 2% saja. Ini menjadi bukti turunnya BBM masih belum signifikan terhadap harga kebutuhan pokok. Demikian disampaikan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam rapat kerja dengan komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (28/1/2009).

"Dengan penurunan harga BBM yang sudah terlaksana diperkirakan dampak langsung sekitar 1% sampai 2% terhadap bahan pokok dan makanan olahan," katanya. Mari menjelaskan komponen biaya BBM dalam struktur biaya produk pertanian hanya 7%-10%, sedangkan untuk industri bisa mencapai 8% sampai 15%. "Misalnya penurunan BBM sebesar 15%, hanya akan berpotensi menurunkan harga 0,7% sampai 1%," imbuhnya.

Rendahnya dampak penurunan BBM ini dijelaskan Mari, karena dipicu biaya transportasi dan distribusi diperkirakan hanya 10% dari harga eceran dan retail. Sementara di sisi lain melemahnya kurs rupiah terhadap dollar AS dan distribusi yang masih terganggu karena dampak banjir di wilayah-wilayah jalur distribusi turut memicu lemahnya dampak turunnya harga BBM. "Dengan adanya program MINYAKITA diharapkan akan membantu sehingga dampak BBM akan lebih terasa," jelasnya.

Namun ia memperkirakan jika, penurunan sebesar 2% itu dibarengi dengan penurunan tarif listrik dan second round effect penurunan BBM sudah terjadi maka akan berpengaruh hingga 3% sampai 10% terhadap harga makanan pokok seperti daging, terigu, telur dan lain-lain. Mengingat selama ini komponen energi dalam sektor industri khususnya listrik masih cukup tinggi.

Tidak ada komentar: